Sumber: Gramedia.com
Resensi Buku: Aksi Massa
A. Identitas Buku
- Judul: Aksi Massa
- Pengarang: Tan Malaka
- Penerbit: Narasi
- Tahun Terbit: 1926 (edisi pertama), berbagai penerbitan ulang hingga 2022 (edisi keenam)
- Jumlah Halaman: 148 halaman
- ISBN: 9786025792526
B. Sinopsis
Buku ini merupakan salah satu karya fundamental dari Tan Malaka, seorang yang dikenal sebagai “Bapak Republik Indonesia” dan pemikir revolusioner yang kerap terlupakan dalam narasi sejarah formal. Ditulis pada tahun 1926, saat Tan Malaka berada dalam pengasingan di luar negeri, buku ini lahir sebagai respons kritis terhadap kegagalan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun yang sama. Alih-alih menganggap kegagalan tersebut sebagai akhir dari perjuangan, Tan Malaka justru menggunakannya sebagai landasan untuk menganalisis dan mendefinisikan ulang strategi perjuangan kemerdekaan, menempatkannya sebagai teks kunci yang melampaui masanya. Buku ini lahir dari kondisi politik yang represif, ditandai dengan maraknya sensor, pembatasan organisasi, dan larangan pergerakan rakyat.
Inti argumen Tan Malaka dalam buku ini adalah penolakannya terhadap konsep putsch sebagai metode perjuangan yang efektif. Ia mendefinisikan putsch sebagai tindakan perebutan kekuasaan secara radikal yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang secara diam-diam dan tanpa melibatkan rakyat banyak. Ia menyebut putsch tidak lebih dari keberanian sesaat atau fantasi anarkis, karena tidak punya dasar massa. Baginya, revolusi tidak bisa dipaksakan, melainkan muncul dari kondisi nyata, terutama ketika terjadi krisis politik dan ekonomi.
Sebagai gantinya, Tan Malaka menawarkan konsep aksi massa. Bagi dia, aksi massa bukan hanya demo spontan, tapi gerakan yang terorganisasi, sistematis, dan berlandaskan kesadaran politik. Oleh karena itu, pendidikan politik bagi rakyat menjadi sangat penting agar mereka tidak mudah dimanfaatkan elit yang hanya mengejar kepentingan pribadi. Revolusi sejati lahir dari realitas sosial dan ekonomi. Rakyat tidak akan bergerak hanya karena ide besar yang abstrak, melainkan karena kebutuhan konkret yang mereka rasakan sehari-hari. Jika krisis ekonomi atau politik langsung menyentuh hidup mereka, barulah mereka bergerak. Ia menekankan pentingnya pendidikan politik bagi rakyat agar tidak mudah diperalat oleh elit yang hanya mengejar kepentingan pribadi.
Tan Malaka berpendapat bahwa revolusi bukanlah tindakan sporadis, melainkan sebuah gerakan yang berakar pada realitas sosial dan ekonomi. Massa atau rakyat banyak, tidak akan bergerak demi idealisme yang abstrak, melainkan untuk "kebutuhan yang terdekat dan sesuai dengan kepentingan ekonomi dan politik mereka." Dalam pandangan Tan Malaka, massa tidak bodoh atau tidak peduli, tetapi mereka hanya akan bertindak ketika krisis politik dan ekonomi secara langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Keterkaitan antara kebutuhan ekonomi dan gerakan politik inilah yang menjadi fondasi bagi sebuah aksi massa yang sejati. Dalam konsep ini, keberadaan rakyat sangat penting sebagai aktor utama dalam perubahan politik. Ia menolak pandangan bahwa kemerdekaan hanya bisa diperoleh melalui elit atau perjanjian diplomatik. Menurutnya, massa seperti rakyat pekerja, kaum buruh, dan petani adalah penggerak sejati revolusi.
Lebih lanjut, Tan Malaka melihat peran krusial dari partai politik yang terorganisir dan berlandaskan aksi massa yang sistematis. Pemimpin revolusioner yang efektif harus memiliki pemahaman mendalam tentang kondisi masyarakat, dan mampu menentukan sejauh mana tuntutan politik dan ekonomi dapat diajukan. Menurutnya, hanya partai semacam itu yang sanggup membawa pergerakan menuju kemenangan, berbeda dengan aksi-aksi sporadis yang hanya menghasilkan kekacauan. Gagasan Tan Malaka ini tidak hanya sekedar teori, tetapi merupakan refleksi kritis atas kegagalan nyata usaha revolusi dari Pemberontakan PKI 1926.
Buku ini juga menyuguhkan kritik tajam terhadap sistem parlementer dan demokrasi borjuis. Tan Malaka berpendapat bahwa sistem ini, yang diciptakan oleh kaum borjuis, hanya menjadi arena bagi elit untuk bertukar kepentingan, bukan representasi otentik dari rakyat. Ia membandingkan parlemen dengan Soviet (dewan buruh) yang dianggapnya sebagai alat perjuangan yang lebih otentik bagi kaum proletar untuk mencapai tujuan revolusi.
C. Keunggulan dan Kekurangan Buku
Keunggulan utama dari buku ini adalah relevansinya yang abadi. Meskipun ditulis hampir satu abad yang lalu, buku ini memuat pandangan tentang ketidakadilan dan gejolak sosial yang mudah direfleksikan karena situasi yang familiar dengan Indonesia pada masa kini. Selain itu, struktur buku ini dinilai sangat logis dan praktis, dimana penulisannya cukup runut dimulai dari definisi, analisis kondisi politik saat itu, hingga diakhiri dengan daftar praktis tentang apa yang harus dilakukan untuk menghimpun aksi massa.
Meskipun jumlah halamannya relatif sedikit, buku cukup substansial karena isinya yang padat dan mendalam. Kemampuan Tan Malaka untuk menyajikan ide-ide kompleks dalam format yang terorganisir sangat terlihat meskipun diselingi juga dengan istilah-istilah khusus yang bersifat ideologis. Tidak lupa juga, buku ini mampu memberikan gambaran utuh hubungan antara perjuangan lokal Indonesia dengan gerakan global melalui perbandingan dengan usaha aksi di negara lainnya.
Namun beberapa kelemahan juga ditemukan, terutama terkait dengan kualitas fisik dan gaya bahasa. Penyajian ide dilakukan dengan gaya bahasa yang terasa lampau (mirip bahasa Melayu lama) yang bisa membingungkan pembaca modern yang tidak terbiasa dengan literatur klasik. Masalah lainnya adalah adanya keluhan tentang kualitas penerbitan pada beberapa edisi, di mana terdapat banyak kesalahan ketik atau bahkan halaman kosong.
Dikarenakan bukunya yang bersifat padat berfokus pada analisis aksi dan relatif bersifat analisis, konteks sejarah dan banyak referensi pada situasi politik 1920-an bisa sulit dipahami tanpa latar belakang sejarah yang mumpuni. Selain itu buku ini sangat kental dengan ideologi komunis revolusioner, sehingga narasi yang dibawakan dalam buku ini dapat dikatakan terlalu kaku/dogmatis. Sehingga buku ini cukup sulit dibaca bagi mereka yang tidak terbiasa membaca teks/literatur politik.
D. Penilaian Penulis
Buku Aksi Massa memberikan perspektif yang jarang dibahas dalam pendidikan hukum formal, yakni kekuatan rakyat sebagai subjek utama perubahan. Aksi massa menurut Tan Malaka adalah konsep yang jauh melampaui sekadar hak yang diatur hukum. Hal yang cukup menarik setelah membaca buku ini adalah perbedaan maksud antara “unjuk rasa/demonstrasi” dan “aksi massa”:
- Unjuk rasa/demonstrasi adalah hak yang dilindungi de jure. Konsep unjuk rasa dalam hukum Indonesia didefinisikan secara eksplisit dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Regulasi hukum menjamin unjuk rasa sebagai hak konstitusional warga negara, namun pelaksanaannya diatur secara prosedural, seperti misalnya kewajiban pemberitahuan tertulis kepada pihak kepolisian.
- Sementara aksi massa adalah kekuatan de facto yang lahir dari realitas sosial. Tan Malaka mendefinisikannya sebagai "jiwa rakyat itu sendiri" yang muncul sebagai respons terhadap ketidakadilan yang mereka terima. Perlu digarisbawahi, aksi massa bukanlah alat politik yang digunakan untuk menggulingkan rezim semata, melainkan manifestasi dari kehendak kaum proletar dan masyarakat yang merasa tertindas.
Membaca Aksi Massa di tengah situasi saat ini membuat saya merasa buku ini seakan “hidup kembali”. Tuntutan massa untuk keadilan sosial tetap sama, bahwa suara rakyat bukan sekadar ornamen demokrasi yang semu, melainkan energi nyata dari kehendak masyarakat yang bisa mengubah arah politik. Ide aksi massa tetap penting, dimana tekanan rakyat adalah penyeimbang terhadap kekuasaan yang sudah cenderung tidak berpihak pada konstituennya. Namun perlu juga untuk diingat bahwa strategi revolusioner Tan Malaka tidak bisa selalu ditelan mentah-mentah untuk konteks hari ini. Negara di masa modern punya mekanisme politik berbeda, dan hukum yang berlaku telah memberi ruang untuk advokasi serta upaya hukum yang sah.
E. Kesimpulan dan Rekomendasi
Buku Aksi Massa adalah bacaan penting bagi siapa saja yang ingin memahami dinamika perjuangan politik rakyat, baik dalam konteks sejarah maupun kontemporer. Ia mengajarkan bahwa perubahan sosial tidak datang dari segerombolan orang saja, melainkan dari kesadaran kolektif masyarakat.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh mahasiswa terkhususnya yang sedang menggeluti keilmuan di bidang hukum, politik, sejarah, dan sosiologi, aktivis gerakan sosial dan organisasi organisasi berbasis massa, hingga masyarakat umum yang peduli dan ingin memahami seluk-beluk akar gerakan rakyat.
Meski terkesan ideologis, buku ini sebaiknya dibaca dengan pikiran terbuka sebagai referensi reflektif. Dengan demikian, gagasan Tan Malaka dapat memperkaya cara kita melihat relasi antara rakyat, kekuasaan dan hukum.
Penulis: Almerdo Agsa Soroinama Hia
Baca Artikel Menarik Lainnya!
Hukum Cambuk di Aceh: Syariat atau Pelanggaran HAM...
27 July 2025
Waktu Baca: 4 menit
Baca Selengkapnya →
No Viral, No Justice: Influencer Ferry Irwandi Men...
08 December 2025
Waktu Baca: 5 menit
Baca Selengkapnya →
Kendaraan Hilang di Tempat Parkir: Tanggung Jawab...
02 June 2025
Waktu Baca: 4 menit
Baca Selengkapnya →