Jakarta, Kunci Hukum – Pada minggu terakhir bulan November 2025, serangkaian bencana hidrometeorologi berupa banjir bandang dan tanah longsor melanda kawasan Sumatera secara kolektif di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar). Bencana ini, yang dipicu oleh kombinasi curah hujan ekstrem, dimana beberapa wilayah mencatat curah hujan hingga 300 milimeter per hari akibat pengaruh Siklon Tropis Senyar yang berimplikasi pada kerusakan lingkungan yang parah, menelan korban jiwa yang signifikan.   

Foto: Wilayah terdampak Bencana terkini di Pulau Sumatera

Sumber: Website BNPB

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Per 30 November 2025, tercatat sudah ada 442 orang tewas akibat banjir di Sumatera dan 402 orang masih hilang. Kerusakan melumpuhkan infrastruktur, termasuk terputusnya total jalur transportasi utama Medan–Banda Aceh. Bencana kali ini tidak hanya menyoroti kerentanan geologis bentangan alam pulau besar yang dilintasi oleh pegunungan Bukit Barisan tersebut, tetapi juga memicu diskursus publik atas responsdari pemerintah, yakni permintaan maaf tersirat atas kegagalan logistik darurat pasca bencana dan janji reformasi tata kelola hutan yang komprehensif.   

Foto: Evakuasi terhadap korban Bencana di salah satu titik di Sumatera

Sumber: CNN Indonesia

Salah satu titik krisis cukup parah yang berada di Sibolga, Provinsi Sumatera Utara, tercatat mengalami kesulitan akses bantuan akibat terputusnya jalur penghubung selama beberapa hari akibat longsoran. Situasi darurat ini memicu aksi pengambilan bahan pangan oleh warga yang putus asa dari gudang Bulog Sarudik dan sejumlah minimarket. Budi Cahyanto, Pemimpin Wilayah Bulog Sumatera Utara, menjelaskan bahwa massa memaksa masuk dan mengambil beras serta minyak goreng.

Foto: Peristiwa pengambilan bahan pangan secara paksa oleh massa di Gudang Bulog Sibolga

Sumber: DetikCom

Menanggapi situasi saat ini yang dapat memicu stigma "penjarahan," Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto melakukan intervensi dengan mengklarifikasi bahwa tindakan korban bencana tersebut bukan penjarahan. Tercatat juga pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Sibolga, tetap mengamankan 16 terduga pelaku aksi tersebut. 


"Kemarin sore sempat viral di Kota Sibolga adanya upaya mengambil logistik, jadi kami sudah cek ke personel kami yang bisa masuk ke sana, itu mereka mengambil bahan makanan," kata Suharyanto dalam konferensi pers yang disiarkan oleh media Kompas TV, Minggu (30/11/2025).

"Jadi bukan menjarah atau merusak, memecahkan kaca dan lain sebagainya, tidak. Ya mungkin mereka khawatir, takut, karena tertutup dan bahan makanannya terbatas." pungkasnya.


Kepala BNPB, Suharyanto, mengunjungi Desa Aek Garoga di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada Minggu (30/11/2025), enam hari setelah bencana. Kunjungan ini mengejutkannya, dan ia bahkan mengaku menangis menyaksikan dampak langsung di lapangan. Pengalaman ini kontras dengan pernyataannya yang sebelumnya memicu kemarahan publik, di mana ia sempat meremehkan bencana di Sumatera sebagai "mencekam di medsos" saja.


Suharyanto juga eksplisit menyampaikan permintaan maaf kepada Bupati Tapanuli Selatan, mengakui bahwa ia terkejut dengan kondisi di lapangan. 

“Tapsel (kondisi di Kabupaten Tapanuli Selatan) saya surprise (terkejut), saya tidak mengira seperti ini,” ujarnya saat berada di lokasi. “Saya mohon maaf Pak Bupati. Ini, bukan berarti kami tidak peduli begitu,” tambahnya.

Foto: Kepala BNPB meninjau langsung lokasi bencana

Sumber: KBL (Kantor Berita Kemanusiaan) News

Disisi lain, Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni, mengumumkan bahwa kementeriannya akan mengevaluasi total pengelolaan hutan dan lingkungan hidup. Pengumuman ini disampaikan setelah bencana banjir besar yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Raja Juli Antoni, yang juga politikus PSI, mengakui adanya kesalahan dalam sistem pengelolaan saat ini. Ia juga menyampaikan duka cita kepada para korban, dan menyebut peristiwa ini sebagai momentum penting untuk melakukan perbaikan.


"Ada momentum yang baik untuk kita mengevaluasi, introspeksi, bahwa ada yang salah dari pengelolaan hutan dan lingkungan hidup kita," katanya dalam kegiatan Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Minggu (30/11/2025).

Foto: MenHut Raja Juli Antoni

Sumber: Niaga.Asia

"Saya mengucapkan bela sungkawa dan duka mendalam ya terhadap bencana yang dihadapi oleh saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat." tambahnya lagi.



Penulis: Almerdo Agsa Soroinama Hia

Editor : Kayla Stefani Magdalena Tobing