Jakarta, Kunci Hukum - Berita menggembirakan datang dari bidang konservasi Indonesia. Setelah menunggu lama selama 13 tahun, bunga langka kebanggaan Nusantara, Rafflesia hasseltii, akhirnya kembali ditemukan mekar di dalam hutan Sumatera Barat. Penemuan ini menjadi momen penting bagi ilmu pengetahuan dan usaha pelestarian, karena spesies ini sempat dianggap "hilang" dari pengawasan para peneliti di daerah itu. Keberhasilan ini tidak hanya membuktikan kekayaan alam hutan tropis Sumatera, tetapi juga menekankan pentingnya ketekunan dalam melindungi flora yang terancam punah.


Peristiwa bersejarah itu terjadi di kawasan hutan Hiring Batang Somi, Kecamatan Sumpur Kudus, pada Selasa, 18 November 2025. Penemuan ini adalah hasil kerja keras tim kolaborasi antara peneliti lokal dan internasional. Seperti yang dilaporkan oleh detik.com, tim ini dipimpin oleh Septian Andriki, seorang pemandu riset lapangan, bersama Dr. Chris Thorogood dari University of Oxford Botanic Garden and Arboretum. Dalam sebuah video dokumentasi, suasana haru meliputi tim ketika Septian, yang akrab dipanggil Deki, tidak mampu menahan air mata saat melihat bunga itu mekar sempurna di depannya setelah pencarian yang melelahkan.


Perjalanan Deki dan timnya mengatasi medan hutan hujan tropis yang lebat dan lembab bukanlah hal yang sederhana. Mengutip ucapan Deki yang diterbitkan oleh detik.com, ia menyatakan rasa syukur yang dalam. "Selama 13 tahun. Saya sangat beruntung," kata Deki dengan penuh emosi. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan rekannya yang terus mendukung kesabarannya menunggu momen langka itu. Pernyataan itu menunjukkan betapa sulitnya menemukan spesies ini di lingkungan asalnya, yang memerlukan kemampuan navigasi hutan dan keberuntungan.


Secara morfologi, Rafflesia hasseltii memiliki ciri yang unik dan menarik. Berdasarkan informasi yang dikeluarkan oleh kompas.tv, spesies ini terkenal dengan kelopak berwarna merah gelap yang dihiasi bintik-bintik putih mencolok. Diameter bunganya berkisar antara 30 hingga 40 sentimeter. Di balik keindahannya, bunga ini mengeluarkan bau mirip bangkai sebagai strategi evolusi untuk menarik lalat yang bertindak sebagai agen penyerbuk alaminya. Julukan khusus pun melekat pada bunga ini; tim peneliti dari Oxford menyebutnya "jamur Rafflesia berwajah harimau" atau tiger-faced mushrooms, merujuk pada polanya yang mirip corak kulit harimau.


Selain itu, kompas.tv menjelaskan bahwa Rafflesia hasseltii merupakan tumbuhan holoparasit. Hal ini berarti ia tidak memiliki klorofil, akar, batang, maupun daun untuk melakukan fotosintesis. Sepanjang siklus hidupnya, ia sepenuhnya bergantung pada tumbuhan inang, yakni liana dari genus Tetrastigma. Bunga ini hidup sebagai parasit mikroskopis pada akar atau batang inangnya sampai saatnya mekar dalam waktu yang amat singkat. Ketergantungan tersebut membuatnya sangat rentan; apabila tanaman inang atau habitatnya rusak, Rafflesia hasseltii pun akan punah.


Yang menarik, penemuan di Sumatera Barat ini bukanlah satu-satunya catatan kemunculan Rafflesia hasseltii pada tahun 2025. Sebelumnya, pada bulan Mei, spesies serupa juga ditemukan mekar di Desa Tanjung Agung, Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan. Mengutip data cnnindonesia.com, bunga ini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang warga bernama Bendriansyah saat melakukan patroli mandiri di kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Lokasi penemuan yang berjarak sekitar 10 kilometer dari pemukiman warga menunjukkan bahwa habitat idealnya memang jauh dari aktivitas manusia.


Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 5 Balai Besar TNKS, Faried, memberikan penjelasan teknis tentang temuan di Sumatera Selatan itu. Seperti yang dikutip dari cnnindonesia.com, spesimen di Muratara memiliki ukuran yang sedikit lebih besar, dengan diameter hingga 52 sentimeter. Faried menekankan bahwa penemuan ini merupakan yang pertama kali di wilayah tersebut, serta menunjukkan betapa pentingnya partisipasi masyarakat setempat dalam mengawasi dan menjaga keanekaragaman hayati.


Status konservasi Rafflesia hasseltii kini tergolong dalam kategori yang mengkhawatirkan. kompas.tv menyatakan bahwa bunga ini termasuk salah satu dari enam spesies rafflesia yang dinyatakan hampir punah dan dilindungi ketat oleh pemerintah. Kelangkaan tersebut disebabkan oleh gabungan faktor biologis dan ekologis. Siklus hidupnya yang memerlukan waktu berbulan-bulan untuk berkembang dari kuncup, tetapi hanya mekar selama beberapa hari sebelum membusuk, membuat kemungkinan menemukannya sangat rendah. Selain itu, ancaman deforestasi dan perubahan fungsi lahan di Sumatera semakin menyempitkan ruang hidup bagi inang Tetrastigma, yang secara langsung membahayakan kelangsungan hidup parasit cantik ini.


Penemuan kembali Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat setelah 13 tahun pencarian oleh Septian Andriki dan Chris Thorogood bukan hanya sekadar kesuksesan ekspedisi. Peristiwa ini menyampaikan pesan kuat tentang urgensi melindungi habitat hutan hujan tropis. Kehadiran bunga ini sering dijadikan sebagai indikator kesehatan hutan. Jika rafflesia masih dapat mekar, itu berarti ekosistem di daerah tersebut masih cukup terpelihara. Oleh sebab itu, kerja sama antara peneliti, pemerintah, dan masyarakat setempat menjadi kunci penting untuk memastikan "si wajah harimau" ini tetap lestari sebagai warisan alam Indonesia bagi generasi masa depan.


Penulis :Tasya Khoerunnisa Himawan

Editor   : Kayla Stefani Magdalena Tobing